Makalah Hindu
KEAGUNGAN SAPI DALAM BUDAYA HINDU
(KONSEP TOTEMISME DALAM TEOLOGI
DAN FILSAFAT HINDU)
Oleh :
Ni
ketut Santi
11.1.4.5.1.18
S1
JURUSAN TEOLOGI FAKULTAS BRAHMA WIDYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2011
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas Asung
Kerta Waranugraha-Nyalah penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul
“Keagungan Sapi dalam Budaya Hindu (Konsep Totemisme
dalam Teologi dan Filsafat Hindu)” tepat pada waktunya. Terimakasih penulis
ucapkan kepada Ibu Dra. Relin D.E., M.Ag. selaku dosen pembimbing dalam mata
kuliah Pengantar Filsafat, dan juga ucapan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun yang
sekiranya dapat digunakan untuk perbaikan pada tugas berikutnya.
Denpasar,
Desember 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Hindu merupakan agama yang
universal, universal disini yang dimaksud adalah ajaran – ajaran yang terdapat
dalam Hindu terdapat pula dalam agama lain. Setiap ajaran terdapat dalam kitab suci yaitu Veda yang dijadikan pedoman dan patokan
umat Hindu dalam menjalankan hidup. Agama Hindu merupakan karya Tuhan yang
monumental, sama monumentalnya dengan keberadaan alam semesta beserta isinya (Donder, 2006 : 138). Oleh
karena itu, Sebagai karya Tuhan yang monumental, Hinduisme mengandung berbagai
macam Isme atau kepercayaan, yang
diantaranya Animisme (percaya bahwa
segala yang ada di alam semesta ini memiliki roh), Dinamisme (kepercayaan primitif dimana semua benda itu memiliki
kekuatan yang bersifat gaib), Anthropomorfisme
(kepercayaan bahwa penggambaran
Tuhan melalui wujud manusia maha sempurna yang memiliki kelebihan), Politeisme (kepercayaan tehadap adanya
banyak Tuhan), Monisme (keparcayaan
bahwa segala yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
atau Tunggal), Pantheisme (kepercayaan
yang mengajarkan bahwa segala sesuatu adalah Tuhan), Totemisme (kepercayaan pada benda, hewan, atau tumbuh-tumbuhan yang
disucikan atau dianggap suci), Kathenoisme
(kepercayaan terhadap adanya Deva
tertinggi), dan Monotheisme (kepercayaan
adanya percaya dan menyembah hanya pada satu Tuhan. Hinduisme adalah kebenaran
objektif yang intersubjektif, artinya Hinduisme adalah kebenaran fakta yang
dapat menerima kebenaran dari manapun sepanjang tidak bertentangan kesemestaan
(Donder, 2006 : 138). Dari Isme di atas, penulis akan membahas Isme yaitu konsep Totemisme. Totemisme merupakan
percaya pada hewan atau tumbuhan yang dianggap suci, karena dianggap merupakan
penjelmaan dari Deva. Di dalam Hindu
banyak sekali terdapat benda, Tumbuhan dan Hewan yang suci, salah satunya
adalah hewan Sapi.
Gavah
visvasyah matarah – sapi adalah ibu seluruh dunia (Darmayasa,
2008 : 22). Sapi dikatakan sebagai ibu dunia karena sapi mampu menghidupi dunia
ini, segala yang ada dalam sapi dapat digunakan. Sapi diibaratkan bumi yang
siap menghasilkan seperti bumi akan menghasilkan bahan – bahan makanan manusia
seperti sayur, buah, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan sapi yang siap
menghasilkan susunya setiap hari, susu tersebut di konsumsi oleh seluruh umat
manusia di dunia ini. selain itu, sapi juga merupakan wahana Deva Siva yang bernama Nandini, dan sapi juga merupakan hewan
peliharaan Avatara Krsna. Oleh karena
itu, sudah sepatunya umat Hindu menghormati sapi dan pantang untuk memakan daging sapi, karena sapi sangat
dihormati oleh umat Hindu. Inilah yang melatar belakangi penulis tertarik untuk
mengangkan topik ini dalam sebuah paper yang berjudul “Keagungan Sapi dalam
Budaya Hindu (Konsep Totemisme dalam
Teologi dan Filsafat Hindu)”.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana
pandangan masyarakat Hindu terhadap sapi?
2. Bagaimana
konsep Totemisme dalam Teologi dan
Filsafat Hindu?
3. Bagaimana
keagungan sapi dalam teks – teks Hindu?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di
atas, terdapat tujuan yaitu sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui pandangan masyarakat Hindu terhadap sapi.
2. Untuk
mengetahui konsep Totemisme dalam
Teologi dan Filsafat Hindu.
3. Untuk
mengetahui keagungan sapi yang terdapat dalam teks – teks Hindu.
4. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Filsafat.
1.4 Manfaat
Manfaat teoritis
Diharapkan
dengan paper yang sederhana ini dapat membantu para pembaca sebagai bahan
bacaan, sebagai bahan perbandingan maupun sebagai acuan dalam penulisan karya
tulis yang relevan dengan paper ini.
Manfaat
praktis
1. Bagi
mahasiswa
Melalui paper ini
mahasiswa diharapkan mampu memahami isi paper ini dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari – hari.
2. Bagi
masyarakat
Melalui paper ini
diharapkan masyarakat mengetahui dan mampu memahami makna isi paper ini dan
menjadikannya pedoman dalam kehidupan bermasyarakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.4 Pandangan
Masyarakat Hindu Terhadap Sapi
2.1.1. Pandangan
Masyarakat yang ada di India
Sapi memiliki kelebihan dari hewan
– hewan lain dan dianggap suci, sapi juga dikatakan bahwa induk atau ibu dari semua
hewah yang ada di dunia ini. Sapi banyak memberikan manfaat kepada umat
manusia, sapi memberikan susunya kepada manusia dan dikatakan sebagai ibu karena
setiap saat memberikan asinya kepada manusia. Selain susunya kotoran dari sapi
pun sangat bermanfaat yaitu digunakan sebagai pupuk yang dapat menyuburkan bumi
pertiwi. Masyarakat Hindu yang ada di India sangat menghormati sapi, bahkan
mereka yang mendalami spritual Hindu amat berpantangan makan daging sapi. Sejak
turunnya Avatara Krsna, sapi sudah
sangat dihormati. Dalam kitab Purana yang
tergolong Visnu Purana atau Satvika Purana disebutkan Krsna sebagai “Gopala” artinya pelindung
sapi (Darmayasa, 2008 : 9). Dalam buku
keagungan sapi menceritakan para Gopi
sendiri adalah para peternak pengikut Krsna
yang mengembala sapi. Sri Krsna
sebagai pengembala sapi adalah lambang hubungan antara alam semesta dan segala
isinya dengan Tuhan. Sri Krsna Avatara
Tuhan Yang Maha Esa yang berfungsi sebagai pelindung dan pemelihara alam
semesta ini. Sedangkan sapi yang digembala oleh Sri Krsna tidak lain adalah lambang alam semesta
ini. Dan para Gopi adalah manusia pengikut ajaran Veda yang wajib ikut menjaga alam semesta ini untuk kebahagiaan
hidup lahir dan bathin. Susu sapi yang di nikmati oleh para Gopi di Brindavana adalah susu lambang dari pada hasil bumi atau
hasil alam berupa tumbuh – tumbuhan sebagai sumber makanan utama manusia.
Brindavana adalah kerajaan di mana Nanda
sebagai raja dan Yasoda sebagai
permaisuri. Di kerajaan inilah Sri Krsna
waktu kecil dipelihara agar tidak diketahui oleh Raja Kangsa, paman Sri Krsna,
yang ingin membunuhnya, karena ada suatu sabda Tuhan bahwa Raja Kangsa akan dibunuh oleh Putra Devaki yang kedelapan. Di kerajaan
Brindavana inilah sapi – sapi disayang, dihormati, dipelihara, dengan penuh
kasih sehingga menghasilkan susu berlimpah, sumber makanan penduduk. Para Gopi di Brindavana ini adalah rakyat
yang tidak berpendidikan tinggi, namun lugu, penuh dengan rasa bakti pada
Tuhan, jujur dan tekun merawat sapi – sapi yang dilindungi oleh Sri Krsna. Keadaan para Gopi di Brindavana ini, adalah suatu
teladan bagi mereka yang ingin mencapai kesempurnaan hidup lewat jalan bhakti
dan pengabdian kepada Tuhan. Pengabdian kepada Tuhan adalah dengan jalan
merawat sapi alam semesta ini yang merupakan sember kehidupan semua mahluk (Darmayasa, 2008 : 11).
2.1.2. Pandangan
masyarakat yang ada di Indonesia
Dewasa
ini, Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman budaya, suku dan
agama. Indonesia memiliki enam agama yang diantaranya Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan Konghucu. Islam merupakan agama terbanyak yang memiliki umat di
Indonesia. Mereka memiliki hari raya di mana pada saat itu mereka melakukan
upacara Kurban, mereka menyembelih
hewan seperti sapi, kambing yang nantinya akan diberikan kepada pakir miskin.
Upacara ini memang memiliki makna yang sangat mulia karena telah membantu pakir
miskin, akan tetapi dalam konsep Hindu itu sangat menyalahi aturan. Seperti
yang dijelaskan dalam buku keagungan sapi bahwa sapi merupakan ibu dari alam
semesta. Semestinya kita sangat menghormati sapi, dan sapi tidak pantas untuk
dibunuh atau disembelih, walaupun tujuannya mulia untuk membantu para pakir
miskin. Tidak sepantasnya kita membahas ini lebih lanjut, karena setiap agama
itu memiliki konsepnya masing – masing.
Masyarakat
Hindu yang ada di Indonesia pada umumnya, khususnya Bali menggunakan sapi
sebagai simbol dalam upacara Pitra yadnya
yaitu upacara Ngaben yang menggunakan
sapi atau lembu menjadi sarana yang sangat penting dalam pembakaran jenazah.
Dalam hal ini lembu tersebut adalah lambang alam semesta atau bumi (Darmayasa,
2008 : 4). Akan tetapi didalam kehidupan umat Hindu Bali belum paham akan
penghormatan kepada sapi. Banyak umat Hindu yang tidak menghormati sapi seperti
pada saat membajak sawah sapi dipukul, ditendang, dipaksa untuk membajak sawah,
bahkan lebih parah lagi masih ada yang membunuh sapi dan memakan daging sapi. Dalam
Catur Veda sudah jelas dikatakan
bahwa :
Mata
rudranam duhita vasunam
Svasadityanamamrtasya
nabhih
Pranuvocam
cikituse janaya
Ma
gamanagamaditim vadhistira.
Sapi adalah ibu
dari sebelas Rudra, putri dari para vasu,
Saudari dari
putra – putra Aditi, saudari Sri visnu,
Pokok
persembahan kurban – kurba para dewa.
Karena itu, ku
umumkan kepada
orang – orang
berbudi pekerti dan bijaksana,
Jangan membunuh
sapi yang tidak berdosa
dan yang tidak
doleh dibunuh.
Rg
Veda. 8. 11. 15.
Dari sloka diatas sangat jelas
ditegaskan Ma Vadhistha artinya
jangan dibunuh. Kata anagam dan aditim yang artinya dia yang tidak
berdosa dan dia yang sama sekali tidak boleh dibunuh. Karena sapi adalah ibu
dari para Rudra, sapi adalah putri dari para Vasu, saudari dari Sri Visnu, saudari dari Aditya, karena sapi adalah pokok
dari para yajna pusat dari amerta, karena
sapi adalah anaga atau tidak berdosa,
maka kuukmukan ma vadhistha, jangan
dibunuh. Cikituse janaya juga sangat
bermakna, yaitu permintaan ini, harapan ini, pengumuman ini, atau doa ini ditujukan kepada orang
– orang berbudi pekerti dan bijaksana.
2.5 Konsep
Totemisme dalam Teologi dan Filsafat
Hindu
Hindu
mengenal berbagai konsep yang salah satunya adalah konsep Totemisme. Totemisme adalah keyakinan akan adanya binatang keramat
yang sangat dihormati. Binatang tersebut diyakini memiliki kesaktian. Umumnya
adalah binatang binatang mitos, juga binatang tertentu di alam yang dianggap
keramat (Titib, 1996 : 86). Dalam buku teologi kasih semesta dijelaskan bahwa
pendapat lain mengenai pengertian Totemisme
adalah adalah kepercayan pada benda atau tumbuh – tumbuhan atau hewan – hewan
yang disucikan (dianggap suci) karena dianggap sebagai penjelmaan dewa yang
merupakan nenek moyang kita. Dari pengertian di atas, Hindu memiliki ajaran
yang tidak ada di aama lain. Hindu memberikan penghormatan kepada benda,
tumbuhan dan sapi yang dianggap suci. Dalam beberapa sloka yang terdapat dalam Bhagavadgita juga menjelaskan mengenai Totemisme yang diantaranya :
asvatthah
sarva-vrksanay devarṣinam
ca naradah
gandharvanam
citrarathah siddhanam kapilo
munih
Di antara semua
pohon, aku adalah pohon beringin.
Di antara resi
di kalangan para dewa Aku adalah Narada.
Di antara para
Gandharva Aku adalah Citraratha, dan
Di antara
makhluk-makhluk yang sempurna Aku adalah resi Kapila.
Bhagavad Gita X. 26.
Pohon
beringin (asvattha) adalah salah satu
di antara pohon – pohon yang paling tinggi dan paling indah, dan banyak
pengikut Veda memuja pohon itu
sebagai salah satu ritual yang dilakukan pagi – pagi setiap hari. Di antara
para dewa, mereka juga menyembah Narada,
penyembah yang paling mulia di alam semesta. Karena itu, Narada adalah perwujudan Krsna
sebagai seorang penyembah. Planet Gandharva penuh dengan makhluk yang menyanyi
dengan merdu sekali, dan diantara semuanya, penyanyi terbaik adalah Citraratha.
Di antara semua makhluk hidup sempurna, Kapila putera Devahuti, adalah
perwujudan dari Krsna. Kapila adalah penjelmaan dari Krsna, dan filsafat Kapila
disebut dalam Srimad-Bhagavatam.
Kemudian ada orang lain yang bernama Kapila yang menjadi terkenal, tetapi
filsafat Kapila yang kedua tidak percaya kepada Tuhan. Karena itu ada perbedaan
besar antara antara Kapila yang pertama dan Kapila yang kedua. Menurut Donder
(2006 : 215) yang menyatakan bahwa konsep totemisme
di dalam agama Hindu dapat ditemukan dalam bebrapa sloka antara lain ;
2.2.1 Benda
– benda Totemisme dalam Hinduisme
Totemisme
sebagaimana diuraikan di atas, bahwa didalamnya terdapat beberapa isme, salah satu dintaranya adalah unsur
kepercayaan terhadap benda – benda yang dianggap keramat (Donder, 2006 : 216).
Dalam kitab suci Bhagavadgita terdapat
beberapa perumaan dari Sri Krisna yang berkaitan dengan benda – benda totemisme yang diantaranya ; sthavaranam
himalayah ‘di antara benda – benda yang tak bergerak Aku (Tuhan) adalah
gunung Himalaya’ (Bhagavadgita X : 25).
Kalimat ini mengandung arti bahwa Tuhan dalam hal ini diwujudkan sebagai Krsna diumpamakan sebagai benda yang
tertinggi di dunia yaitu gunung Himalaya, yang berarti Sri Krsna dalam hal ini manifestasi dari Tuhan merupakan yang
tertinggi dan paling mulia. Kalimat yang lain yaitu sarasam asmi sagarah ‘di antara danau Aku (Tuhan) adalah samudera’ (Bhagavadgita X : 24). Kalimat ini
menjelaskan bahwa di antara semua sumber air, samuderalah (lautan) yang paling
besar. Dari segala perwujudan Tuhan sebagai Krsna, hanya memberi isyarat – isyarat tentang
kebesaran Tuhan. Di bawah ini salah satu Sloka dalam Bhagavadgita yang menunjukan Tuhan dalam perumpamaannya sebagai
benda – benda totemisme yaitu sebagai
berikut :
Adityanam aham visnur jyotisam ravir amsuman
Maricir marutam asmi Naksatranam aham sasi
Di
antara para Aditya aku adalah Visnu
Di
antara sumber – sumber cahaya Aku adalah matahari yang cerah di antara para
Marut Aku adalah Marici di antara bintang – bintangAku adalah bulan
Bhagavadgita
X.
21.
Dari
sloka di atas, dijelaskan dua belas
Aditya. Krsna adalah yang paling
utama di antara dua belas Aditya itu. Di antara semua sumber cahayadi langit,
mataharilah yang paling utama, dalam brahma-Samhita
matahri diakui sebagai mata-Nya Tuhan Yang Maha Esa yang cemerlan. Ada lima
puluh jenis angin ysng bertiup di angkasa. Di antara angin – angin itu, Marici,
dewa yang menguasainya, adalah lambang Krisna.
Di antara bintang – bintang, bulanlah yang paling terkemuka pada waktu
malam. Karena itu, bulan adalah lambang Krsna.
Dari ayat ini, bulan adalah salah satu
bintang – bintang yang berkelap kelip di angkasa juga mencerminkan dari cahaya
matahari. Teori bahwa ada banyak matahari dalam alam semesta tidak diakui oleh
kesusastraan Veda. Matahari adalah
satu, bintang – bintang memancarkan cahaya yang dipantulkan dari matahari.
Seperti halnya bulan juga memancarkan cahaya yang dipantulkan dari matahari.
Oleh karena Bhagavad-gita menunjukan
disini bahwa bulan adalah salah satu bintang, binang yang berkelap – kelip
bukan matahari – matahari, tetapi serupa dengan bulan (Prabhupada, 1987 : 531).
Kalimat
– kalimat wejangan Sri Krsna tersebut
di atas bermaksud menjelaskan bahwa jika Tuhan diumpamakan benda – benda, maka segala
sesuatu yang terbesar, terhebat yang tiada tandingannya, adalah wujud yang
boleh digunakan untuk mewakili perumpamaan itu (Donder, 2006 : 216). Walaupun
sesungguhnya benda – benda itu bukanlah Tuhan itu sendiri, maka tidak salah
jika manusia mengagung–agungkan bahkan menyembah perumpamaan – perumpamaan yang
diwejangkan oleh Sri Krsna. Donder
(2006 : 217) mengatakan tidak ada kata salah bagi proses pendakian spiritual,
seorang pendaki gunung akan selalu menemukan berbagai level “tempat
peristirahatan sementara” yang semakin memperluas pandangan dan lebih
mengasikan perjalanan pendakiannya.
2.2.2 Tumbuh
– tumbuhan Totemisme dalam Hinduisme
Totemisme
sebagai konsep Hindu yang didalamnya terdapat kepercayaan terhadap tumbuh –
tumbuhan yang dianggap keramat atau suci. Di dalam kitab Bhagavadgita, Catur Veda, kitab
Purana menyebutkan beberapa tumbuhan – tumbuhan yang dianggap suci, seperti
pohon Beringin, pohon Tulasi, pohon Bilva, pohon Kalpavrksa tanaman Soma. Di
dalam Bhagavadgita terdapat beberapa
Sloka yang menyebutkan tumbuh – tumbuhan yang dianggap suci yaitu : Asvatthah sarva-vrksanam ‘Di antara
semua pohon, Aku (Tuhan) adalah pohon beringin’ (Bhagavadgita X.26). Kalimat ini menjelaskan bahwa pohon beringin (asvattha) adalah salah satu di antara
pohon – pohon yang paling tinggi dan paling indah, dan banyak pengikut Veda memuja pohon itu sebagai salah satu
ritual yang dilakukan pagi – pagi setiap hari (Prabhupada, 1989 : 534). Asvattha juga dijelaskan dalam Rg Veda sebagai pohon suci.
Selain
pohon Beringin, pohon Tulasi juga merupakan pohon yang dianggap suci dan pohon
ini sangat identik dengan keberadaan Avatara Sri krsna. Donder (2006 : 217) menceritakan bahwa dalam kitab Brahmavaivarta Purana, dikisahkan
seorang raja Kusadhavaja memiliki seorang putri yang sangat cantik hingga anak
itu diberi nama Tulasi yang artinya
tidak tertandingi. Tulasi yang cantik
ini jatuh cinta pad Sri krsna, namun karena berbagai hal menyangkut rangkaian
karma Tulasi ini tidak gampang untuk
meraih lelaki pujaannya dalam artian fisik. Berbagai rintangan telah dilalui hingga
harus bersuami dengan seorang raksasa ganteng bernama Sankhacuda. Oleh skenario Sri Krsna sendiri, sankhacuda meninggal dalam pertempuran. Untuk mendamaikan hati sang
janda (Tulasi), maka Sri Krsna memberitahukan Tulasi akan mendapatkan tubuh kedewataan
untuk bisa masuk kedalam Vaikuntaloka tempatnya
Sri Krsna. Di sana Tulasi akan bersatu kembali dengan Sri
krsna, sedangkan tubuh fisiknya yang masih ada di bumi akan menjadi sungai Gandaki yang suci dan mengalir melalui Bharatavarsa, dan rambutnya akan tumbuh
menjadi tanaman Tulasi yang suci.
Sejak itu dikenallah tanaman Tulasi
itu sebagai tanaman suci. Diuraikan dalam Purana,
apabila seseorang mandi dengan menggunakan air yang sudah disucikan
menggunakan Tulasi, itu sama artinya
dengan melakukan Tirthayatra ke semua
tempat suci. Jika orang berkata – kata yang tidak pantas ketika memegang Tulasi, maka akan mendapatkan neraka
dengan waktu yang sangat lama.
Donder
(2006 : 219) menyatakan ada juga tanaman lainnya yang dihormati yaitu tanaman Soma yang kurang lebih desebut sebanyak
140 kali dalam Veda. Tanaman Soma ini diartikan “manis (madu)
kenikmatan” dari kebahagiaan yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Soma merupaka minuman apar dewa.
Pohon
Bilva dipercaya sebagai pohon suci,
yang masyarakat Bali biasa menyebutnya dengan nama Bila atau Maja. Selain jenis
tanaman di atas, pohon Kalpavrksa
juga dikenal sebagai tumbuhan suci yang hidupnya di khayangan (devaloka). Di katakan pohon ini akan
mengabulkan apa saja yang dimohonkan oleh seseorang.
Tumbuh
– tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang memiliki kedudukan yang sangat penting
baik dalam hubungannya memperkuat keyakinan kepada Tuhan ataupun fungsinya
sebagai sarana untuk mengenang kembali hubungan asal – usul atau silsilahnya
(Donder, 2006 : 221). Dan karena tumbuhan tersebut memiliki fungsi religi, maka
wajarlah umat manusia mengagung – agungkan dan memuja tumbuhan tersebut.
2.2.3 Hewan
– hewan Totemisme
Selain
kepercayaan terhadap benda dan tumbuha suci, dalam totemisme juga menjelaskan mengenai kepercayaan akan adanya hewan –
hewa suci. Di dalam kitab Bhagavadgita,
Sri Krsna dalam wejangannya terdapat
perumpamaan – perumpamaan dari Sri Krsna
(Tuhan), seperti : dhenunam asmi kamadhuk
‘di antara sapi – sapi Aku (Tuhan) adalah surabhi’ (Bhagavadgita X : 28). Di Krsnaloka di angkasa rohani sapi – sapi
yang dapat di perah pada setiap saat, dan sapi – sapi itu memberi susu sebanyak
apa yang diinginkan seseorang. Tentu saja, sapi –sapi seperti itu tidak ada di
dunia material ini, tetapi disebut bahwa sapi –sapi itu ada di Krsnaloka. Krsna memelihara banyak sapi –sapi
seperti itu yang disebut surabhi. (Prabhupada
1989 : 536). Sarpanam asmi vasukih ‘di
antara ular – ular Aku (Tuhan) adalah vasuki (Bhagavadgita X : 28).
Di
bawah ini sebuah Sloka yang menunjukan perumpamaan dari Tuhan, yaitu sebagai
berikut :
Uccaihsravasam
asvanam viddhi mam amrtodbhavam
Airavatam
gajendranam naranam ca naradhipam
Ketahuilah bahwa
di antara kuda – kuda Aku adalah Uccaihsrava, yang diciptakan pada lautan
dikocok untuk menghasilkan minuman kekekalan. Di antara gajah – gajah yang
agung Aku adalah Airavata, dan di antara manusia Aku adalah raja.
Bhagavadgita
X.27.
Donder
(2006 : 221) mengatakan bahwa penggunaan pigur benda, tumbuhan, dan hewan –
hewan tertentu untuk mengumpamakan kemahakuasaan Tuhan adalah sebagai sarana
yang berfungsi untuk menjunjung metodologi penanaman Sradha (keimanan). Jika benda – benda, tumbuh – tumbuhan, dan hewan
– hewan itu kemudian berubah fungsi menjadi isme
ataupun dogma, dan bukan sekedar mitos, maka hal itu merupakan proses pendakian
spiritual. Sebagai seorang pemula dalam pendaki spiritual pasti akan menemukan
kepercayaan terhadap isme ini. Dan dengan perumpamaan – perumpamaan ini,
setidaknya manusia akan lebih menghargai keberadaan benda, tumbuhan dan hewan –
hewan tersebut, sehingga akan tercipta keharmonisan yang seimbang di alam
semesta ini.
2.6 Keagungan
Sapi dalam Teks – Teks Hindu
Keagungan
sapi terdapat dan tertulis dalam teks – teks Hindu, seperti yang terdapat dalam
kitab Catur Veda yang terdiri dari ; Rg Veda, Sama Veda, Yajur Veda, dan atharva
Veda. Selain Catur Veda, Hindu
juga mengenal kitab Bhagavadgita yang
dimana isi dari kitab Bhagavadgita adalah
percakapan dari Sri krsna dan Arjuna yang menceritakan tentang
kewajiban-kewajiban umat manusia.
Berikut
ini adalah bukti-bukti tentang keagungan sapi yang terdapat dalam teks – teks
Hindu adalah sebagai berikut :
2.3.1 Rg
Veda
Rg Veda
merupakan salah satu bagian dari Catur Veda,
di bawah ini beberapa sloka yang menggambarkan tentang keagungan sapi yang
terdapat dalam Rg Veda sukta 28,
yaitu diantaranya :
a
gavo agmann uta bhadm akran sidantu gosthe
Ranayantv
asme prajavatih pururupa iha syur indraya
Purvir
uso duhanah
Semoga sapi –
sapi datang dan membawakan kami peruntungan baik
Biarlah mereka
tinggal dalam kandang kami dan menikmatinya dalam kebersamaan dengan kami semoga
banyak sapi yang berwarna – warni membawa kemari susu melimpah guna persembahan
pada penguasa maha cemerlang di banyak fajar
Rg Veda 6.28.1.
na ta nasanti na dabhati taskaro
nasam amitro vyathir a dadharsati
devams ca yabhir yajate dadati ca
jyog it tabhih secate gopatih saha
jangan biarkan sapi – sapi
berlarian menyingkir dari kami jangan biarkan pencuri mengambilnya jangan
biarkan senjata musuh menimpanya semoga majikan dari ternak lama memilikinya
dengan hasil susu yang dapat dijadikan persembahan dan dapat dipakai untuk melayani
manusia ilahi
Rg Veda 6.28.3.
Na ta arva renukakato asnute na
Samskrtatram upe yanti ta abhi
Urugayam abhayam tasya ta anu gavo
Martasya vi caranti yajvanah
Jangan biarkan sapi – sapi
menjadi korban kuda perang yang angkuh dan yang menimbulkan debu. Jangan
biarkan mereka jatuh ketangan para penjagal atau tokonya. Biarlah ternak orang
– orang, kepala rumah tangga, bebas bergerak dan merumput tanpa rasa takut.
Rg Veda 6.28.4.
Gavo bhago gava indro me acchan
Gavah somasya prathamasya bhaksah
Ima ya gavah sa janasa indra
Icchamid dhrda manasa cid indram
Semoga sapi – sapi menjadi
kemakmuran kami, semoga penguasa maha cemerlang menganugrahi kami ternak :
semoga sapi –sapi menghasilkan makanan (susu dan mentega) dari sesajian
pertama. Wahai manusia, sapi – sapi ini sacral seperti penguasa maha cemerlang itu
sendiri, - penguasa yang berkahnya kami dambakan, dengan kepala dan hati.
Rg Veda 6.28.5
Yuyam gavo madayatha krsam cid
Asriram cit krnutha supratikam
Bhadram grham krnutha bhadravaco
Brhad vo vaya ucyate sadhasu
Wahai sapi, engkau bahkan
memperkuat yang lelah dan using serta membuat yang tak menyenangkan menjadi
indah dipandang. Kelembutanmu menguntungkan dan menjadi makmur. Sangat agung
kelimpahan yang dikenakan padamu dalam upacara keagamaan kami.
Rg Veda 6.28.6.
Prajavatih suyavasam risantih suddha
Apah suprapane pibantih
Ma van stena isata maghasamsah pari
Vo heti rudrasya vrjyah
Wahai sapi – sapi, semoga
engkau memiliki banyak anak sapi yang merumput pada padang rumput yang baik dan
minum air tawar pada kolam yang mudah dicapai. Semoga tak ada pencuri yang
menjadi majikanmu. Semoga tak ada binatang buas pemangsa yang menyerangmu dan
semoga paser dari penguasa vital tak pernah menimpanya.
Rg Veda 6.28.7.
Sloka
di atas menunjukan betapa dihormatinya seekor sapi dalam Rg Veda sapi akan senantiasa
memeberikan susunya yang melimpah untuk kesejahteraan umat manusia. Darmayasa (2009
: 33) menyatakan bawa siapa pun atau keadaan apa pun yang didatangi oleh sapi akan
menjadi sejahtera. Upacara suci yang didatangi oleh sapi akan menjadi berhasil,
kendati ada kekurangan perlengkapan dan doa.
2.3.2 Yajur
Veda
Darmayasa
(2009 : 36) dalam Yajur Veda
mengatakan apyayadhvamaghnya Lindungilah
sapi, dia yang bagaimanapun juga tidak boleh dibunuh. Dibawah ini bebrapa sloka
yang terdapat dalam Yajur Veda yaitu
sebagai berikut :
Brahma
suryasamam jyotir
Dyauh
samudrasamam sarah
Indrah
prthivyai varsiyan
Gostu
matra na vidyate
Sinar dari
pengetahuan bisa bibandingkan dengan matahari, surge bisa perbandingan dengan
lautan, ibu pertiwi adalah sangat cepat, lebih cepat lagi adalah indra, tetapi
catatlah….., bahwa sapi tidak pernah dapat diperbandingkan dengan apa pun.
Yajur
Veda 23.48.
Imam
sahasram satadharamutsam
Vyacyamanam
sarirasya madhye
Ghrtam
duhanamamditim janaya
Agne
ma hinsih paramevyoman
Dia yang
melindungi dan memelihara ratusan bahkan ribuan, dia yang merupaan sumber dari
susu, dia yang membagi – bagikan susu kepada orang, dia yang aditi (dia yang
tidak boleh dipotong menjadi bagian – bagian), jangan menyiksa sapi yang
demikian di dunia ini.
Yajur
Veda 13.49.
2.3.3 Sama
Veda
Rg Veda
menjelaskan mengenai jangan menyakit sapi, begitu juga pada Sama Veda yang menganjurkan untuk tidak
menyakiti sapi. Di bawah ini akan di sebutkan salah satu sloka yang terdapat
dalam Sama Veda yang menjelaskan
mengenai keagungan sapi yaitu sebagai berikut :
Na
ki deva inimasi na kyayopayamasi
Mantrasrutyam
caramasi
yaitu
kita bertindak sesuai dengan perintah, yang terkandung dalam himne Weda. kita,
oleh karena itu, tidak pernah resor untuk pembantaian manusia atau lainnya dan
kami tidak pernah mencobai siapapun untuk melawan tugas-tugasnya.
Sama
veda 176.
Dalam
Sama Veda dijelaskan bahwa hendaknya bertindak sesuai
dengan perintah yang terdapat dalam mantra – mantara Veda (Darmayasa, 2009 : 42).
Karena itu, kita hendaknya jangan menyakiti bahkan membunuh orang atau
makhluk – makhluk lain di dunia ini. Seluruh bagian – bagian dari Veda menjelaskan untuk tidak menyakiti
sapi bahkan membunuh sapi.
2.3.4 Atharva
Veda
Atharva Veda
merupakan bagian dari catur veda yang terakhir, isi dari Atharva Veda hampir sama dengan bagian – bagian Veda yang lain. Dibawah ini beberapa
sloka dalam Atharva Veda yang
mengagungkan sapi yaitu sebagai berikut :
Namaste
jayamanayai jataya uta ten amah
Balebhyag
saphebhyo rupayaghnyai ten amah
Wahai sapi aghnye, Anda yang tidak boleh dibunuh!
Pada saat kelahiran Anda aku menyampaikan sembah sujud, setelah Anda lahir pun
aku menyampaikan sembah sujud, untuk keseluruhan badan dan wujud Anda, bahkan
sampai dengan bulu dan kuku Anda pun aku enyampaika sembah sujud.
Atharva
Veda 10.10.
Gobhyo
asvebhyo namo yacchalayam vijayate
Vijavati
prajavati vi te pasanscrtamas
Dia yang
dilahirkan di rumah, kepada sapid an kepada kuda seperti itu sembah sujudku.
Wahai rumah di mana sapi dilahirkan dan di mana anak –anak sapi berada, semua
akan dibebaskan dari masalah, semua akan dibebaskan dari ikatan – ikatan.
Atharva
Veda 9.3.13.
Jadi,
kesimpulan akhir Rg Veda, Yajur Veda,
Sama Veda, dan Atharva Veda adalah GAM MA HINSIH atau JANGAN MEMBUNUH SAPI
(Darmayasa, 2009 : 55).
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hindu
mengenal konsep – konsep isme, yang
salah satunya totemisme yaitu percaya
dengan benda, tumbuhan dan hewan – hewan yang dianggap suci. Dalam Hindu hewan
yang dianggap suci yaitu sapi. Sapi dikatakan sebagai ibu alam semesta. Seperti
halnya bumi yang memberikan hasil yang merimpah ruah sperti bahan pangan, dan
berbagai kebutuhan umat manusia, begitu juga sapi yang telah memberikan susunya
kepada umat manusia.
Dewasa
ini, umat Hindu yang di dunia, khususnya Indonesia dan India memiliki pandangan
yang berbeda tetang sapi. Di India, umat Hindu sangat menghargai adanya sapi,
tidak menyakiti bahkan membunuh sapi. Lain halnya dengan umat yang ada di
Indonesia, khususnya Bali sanngat tidak menghargai sapi, masih banyak
masyarakat yang memakan daging sapi, menyakiti sapi ketika membajak sawah.
Padahal hal ini sudah jelas tertulis dalam kitab suci Hindu yaitu Veda yang melarang untuk menyakit bahkan
membunuh sapi.
Dalam Catur Veda, jelas dikatakan bahwa gam ma hinsih yang artinya jangan
membunuh sapi. Sapi harus dihormati, dihargai, tidak boleh disakiti bahkan
dibunuh. Berbagai teks – teks Hindu yang menjelaskan tentang keagungan
sapi dan melarang untuk menyakitinya.
3.2 Saran
Sebagai
umat Hindu, kita harus bisa mengimplementasikan dari ajaran – ajaran Veda. Setiap sloka yang terdapat dalam Veda harus mampu dipahami dan
dilaksanakan dalam kehidupan sehari - hari. Dalam konsep Hindu yaitu totemisme
yang menganggap sapi sebagai hewan suci, dan jelas tertulis dalam sloka – sloka
Veda bahwa umat Hindu sangat menghormati
dan menghargai sapi. Oleh karena itu, sangat dilarang bagi umat Hindu untuk
makan daging sapi, membunuh sapi, menyakiti sapi, karena sapi telah membantu
manusia dalam menjalankan kehidupan ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmanyasa,
Made. 2008. Keagungan Sapi menurut Weda.
Denpasar : Pustaka Manikgeni.
Donder, I Ketut.
2006. Brahmavidya : Teologi Kasih
Semesta. Surabaya : Paramita.
Maswinara, I
Wayan. 2004. Rg Veda Samhita. Surabaya
: Paramita.
Swami
Prabhupada, Sri-Srimad A.C. Bhaktivedanta. 2006. Bhagavadgita. Indonesia : Hanuman Sakti.
Titib, I Made. 1996. Veda Sabda Suci. Surabaya : Paramita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar