Selasa, 3 Februari 2015 | 08:51 WIB
Mohamad Zaini, 61 tahun misalnya. Pria asal Pegayaman, Singaraja ini rutin datang ke Pasar Beringkit menjual sapi dagangannya. Selama hari pasaran tiba, dia datang empat kali dalam seminggu melakukan jual beli sapi. Maklum saja, bapak tujuh anak ini sudah 25 tahun menggeluti jual beli sapi, menyemat profesi sebagai Saudagar Sapi atau Pengepul. "Hampir semua orang di kampung mengenal saya," ungkapnya, Rabu (28/1/2015).
Setibanya di pasar, agar sapinya bisa masuk ke dalam pasar, Zaini mesti membayar dahulu ongkos tiket untuk satu ekor sapi seharga Rp 15.000. Setelah dibayar lunas, barulah sapinya memasuki areal pasar yang disertakan pula surat pengantar dari desa asalnya agar sapi yang nantinya dijual bukan hasil dari tindak pencurian.
Suasana pasar akan tampak sibuk sejak pagi menjelang. Berbagai ukuran kendaraan bak terbuka, yang sebagian besar mengangkut sapi satu persatu memasuki areal pasar. Sementara di depan pintu masuk pasar, nampak beberapa orang pasang mata dengan sigap. Mereka menghampiri setiap truk yang masuk, dan berlomba menggapai tali sapi kendati kendaraan masih melaju. Mereka bertugas menjadi perantara kepada pembeli yang ada di dalam areal pasar.
"Saya menggeluti pekerjaan ini atas dasar karena bisnis. Pokoknya bila sudah ketahuan akan dapat untung, sapi yang saya bawa segera dijual," katanya seraya mengembuskan sisa asap rokok kretek yang menyala.
Muhamad Zaini tak sendiri, masih ada rekan seprofesi. Mereka umumnya datang dari berbagai desa di seluruh Bali, bahkan dari Nusa Penida yang ada di seberang Bali pun kerap ke sini. Pertemuan mereka kadang bisa rutin dilakukan. Tak heran, jika berkunjung ke Pasar Hewan Beringkit kaum pria akan lebih mendominasi memenuhi lahan yang memiliki luas 2,8 hektar ini.
Para pedagang pun tak patah arang merasakan pasar yang penuh sesak dengan hewan sapi. Mereka tetap menggelar dagangannya meladeni setiap pengunjung yang datang.
Sementara itu, Ketut Nurada, selaku Kepala Pasar Beringkit, mangatakan Pasar Beringkit merupakan pasar yang begitu menggairahkan untuk penjualan sapi di Bali. Sapi Bali masih memiliki kualitas yang baik untuk pembibitan maupun sebagai sapi potong. Sebagai satu-satunya pasar hewan terbesar di Bali, pihaknya mengakui sering melakukan pengiriman ke luar Pulau Bali.
"Pengusaha sapi luar Bali sering memberikan orderan, kami sering menerima itu untuk pengiriman luar Bali seperti Jakarta dan Surabaya," katanya.
Menurut Nurada, sapi yang kebanyakan dijual di Pasar Beringkit sifatnya Cawangan atau dijual kiloan sesuai harga pasaran dalam satu kilogram sesuai berat sapi yang berlaku saat itu.
Sementara untuk pengadaan sapi di Pasar Beringkit, sebagian besar didatangkan dari desa di seluruh Bali. Penjual yang di desa dibantu oleh para Pengepul atau Calo dan selanjutnya di bawa ke Pasar Beringkit. Semua proses transaksi di Pasar Beringkit dikenakan ketentuan administrasi yang bisa dilakukan sesuai kesepakatan antara penjual dengan pembeli.
Maka, jika sapi yang dijual laku akan dicarikan surat keterangan jual beli yang berada di loket sisi barat pasar. Biaya surat keterangan jual-beli cukup dengan nilai Rp 32.000. Ini bisa dibebankan oleh penjual maupun pembeli, tergantung kesepakatan mereka bersama.
Di Pasar Beringkit, diakui Nurada, ada empat rantai yang berperan dalam proses jual beli. Proses perjalan sapi dari peternak kemudian dibeli oleh Pengepul. Kemudian penjualannya dibantu oleh pihak Penganyar. Pihak Penganyar selanjutnya menjualkan kepada konsumen atau pembeli.
Operasional Pasar Beringkit, dikenal dengan istilah "pasaran", yang mana pihak pasar telah menentukan hari operasionalnya sebagai proses transaksi berbagai kebutuhan sapi. Selasa dan Sabtu ditentukan sebagai hari "pasaran" untuk sapi potong, sedangkan Rabu dan Minggu diperuntukan untuk penjualan sapi sebagai pembibitan.
Semua hari "pasaran" ini tidak menutup juga kemungkinan dijualnya sapi yang diluar ketentuan yang ada. "Awalnya kami menentukan dua hari Pasaran yakni Rabu dan Minggu. Karena kebutuhan pembeli makin banyak serta didukung juga atas alasan menghindari kemacetan di pasar serta proses pengiriman agar lebih cepat, dalam beberapa bulan terakhir ini, operasional jadi bertambah," kata Ketut Nurada. (EKA JUNI ARTAWAN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar